Sabtu, 15 November 2008

Menunggu biar Semu...

Menepis semua tabir yang belakangan hadir...
Ikut intuisi memilih semilir yang selalu terjambak..
Gema kemarin terus nyaring dalam tabir yang lama belum tenggelam lagi..
Suratnya entah sampai..atau hanya terbuang sesal sakiti mata memamndang..

Terus bergilir sambil acuhkan si hilir yang mudik bersama waktu...
Semua perlu akhir yang memuaskan..bukan selalu dihiasi tawa..
Kadang remang jadi teduh saat harus tersandar dari tandus yang menggerayang..
Atau sekedar pelipur saat harus ikut berpijar saat susah berpendar..

Bulir peluh bercampur dengan asa yang sudah matang..
Lupa tiriskan hingga layu dalam pancingan..
Sekelebat tanggalan yang dinanti jadi hitam lagi..
Tampak Biasa dilihat sambil terus memejam...

Terus terhujam kebasahan hingga hilang yang pasti..
Ini gulatan antara sadar dengan dunia yang makin sinis dengan segala..
Rompi hanya pajangan saat semua terlelap dan hilang di balik awan mendung..
Kelabu seperti kebulan asap cerutu dan lupa untuk pudar sambil hilang dibalik misterinya...

Lupa dijamu sambil memerintahkan untuk baik-baik saja...
Punggungku sakit terus bertengger dibalik semua lelucon yang hanya sampul dan lupa dibaca..
Deburan Pasang surutnya sudah jadin pandangan yang tak asing..
Kuhanya curahkan semua..

Tidak ada komentar: